Normalisasi Digital Payment, Apa Yang Berubah Dari Masyarakat?

belinda azzahra
3 min readApr 1, 2023

--

Perkembangan dunia digital atau digitalisasi sedang gencar-gencarnya menelusup ke berbagai bidang, mulai dari bidang kesehatan, teknologi, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. Setiap negara mulai mengadopsi digitalisasi sebagai gaya hidup baru yang mengedepankan efisiensi, efektivitas, kemudahan, serta kecepatan. Tak terkecuali digitalisasi di bidang ekonomi. Berbagai aktivitas ekonomi dari hulu ke hilir diarahkan menggunakan produk digital untuk mengeluarkan biaya serendah mungkin. Bila dilihat secara spesifik, euforia digitalisasi cenderung lebih hype di sisi hilir, yaitu proses end to consumer, dengan kata lain pembayaran. Persentase munculnya produk pembayaran digital naik secara signifikan di kurun 5 tahun terakhir.

Di Indonesia, studi VISA terbaru yang berjudul Consumer Payment Attitudes menunjukkan bahwa ada peningkatan masyarakat Indonesia yang beralih menggunakan pembayaran digital. Beberapa contoh produk yang hype di beberapa tahun ke belakang ialah e-money, Flazz, OVO, dan Dana. Produk-produk tersebut memberikan kemudahan serta praktis untuk digunakan. Studi terbaru VISA tersebut tidak bisa dipungkiri kebenarannya mengingat rata-rata orang Indonesia cenderung menyukai pelayanan yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari secara instan, cepat, dan mudah. Perilaku ini yang membuat banyak orang Indonesia tentunya dengan sangat mudah beralih dari produk fisik seperti uang cash dan kartu ATM ke produk pembayaran digital yang beragam jenisnya sudah memenuhi berbagai permasalahan pembayaran yang pernah dirasakan oleh masyarakat Indonesia.

Pemerintah Indonesia pun dengan konkret sangat mengedepankan penggunaan produk pembayaran digital sebagai salah satu usaha untuk mencapai inklusivitas keuangan. Efektivitas dan efisiensi produk pembayaran digital menjadi alat bagi pemerintah untuk masuk ke masyarakat mikro, pedesaan, dan pedalaman dalam membangun literasi masyarakat mereka. Selain itu, banyak pula sektor privat yang mendirikan bisnis di sektor produk pembayaran digital, meningkatkan penjualan dan ekspansi bisnis secara signifikan dengan bantuan produk pembayaran digital.

Dengan segala dorongan, gencatan, dan hype akan poin plus produk pembayaran digital, apa saja kebiasaan masyarakat yang berubah? Apakah produk ini benar-benar mendorong masyarakat untuk lebih bijak dalam mengatur dan mengelola keuangan? Lebih lanjut, apakah produk ini membuat masyarakat semakin hemat atau malah semakin boros? Berikut ini beberapa poin mengenai perubahan perilaku masyarakat setelah beralih menggunakan produk pembayaran digital.

Masyarakat cenderung lebih mementingkan membawa smartphone dibanding dompet. Tidak bisa dipungkiri bahwa kebiasaan baru ini mulai mengakar di masyarakat dimana masyarakat lebih khawatir ketika smartphone mereka tertinggal dibanding dompet. Hal ini dikarenakan semua alat pembayaran sudah tercakup di aplikasi yang didownload oleh masyarakat di smartphone mereka. Hanya berbekal internet yang aktif, masyarakat dengan mudah mengakses dan menggunakan produk pembayaran digital. Akibat nya, penggunaan kartu debit dan kredit, serta uang cash juga menurun secara signifikan, apalagi di ranah pandemi COVID-19 seperti ini ketika masyarakat dihimbau untuk berhati-hati ketika memegang uang cash sebagai salah satu perantara kuman/virus.

Munculnya sikap impulsif ketika berbelanja atau membeli keperluan. Salah satu hal negatif yang timbul akibat mudahnya membayar secara digital, banyak masyarakat yang cenderung terdorong untuk membeli keperluan yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Ditambah lagi, produk pembayaran digital di Indonesia yang mayoritas menggunakan sistem bakar uang banyak mengeluarkan diskon besar-besaran secara intensif untuk meningkatkan intensitas penggunaan produk pembayaran digital mereka, sehingga banyak pula masyarakat yang pada akhirnya cenderung boros karena impulsivitas mereka dalam berbelanja atau membeli kebutuhan. Hal seperti ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat, bagaimana mereka mengontrol diri untuk tetap melakukan manajemen uang dengan baik dan ideal.

Masyarakat semakin melek teknologi dan literasi keuangan. Dengan hadirnya produk pembayaran digital yang praktis dan menggiurkan untuk masyarakat, secara perlahan tentunya para masyarakat yang menjadi pengguna akan beradaptasi dalam menggunakan teknologi pembayaran terkini. Tidak hanya di sisi pembayaran, domino effect juga akan berlaku ketika masyarakat mulai beradaptasi dengan merambah ke aspek teknologi di bidang lain, seperti pendidikan dan kesehatan. Selain itu, masyarakat juga bisa semakin sadar dengan isu-isu ekonomi serta keuangan terkini, khususnya di bidang manajemen dan pengelolaan keuangan digital, karena tidak jarang, produk pembayaran digital ini secara tidak langsung lewat fitur-fiturnya mengajarkan masyarakat untuk bisa mengelola keuangannya dengan baik secara lebih mudah dan real time.

Setiap perubahan tentunya akan menimbulkan sisi baik dan buruk dalam masyarakat, tak terkecuali normalisasi pembayaran digital di Indonesia kini. Berbagai kontroversi, kebijakan, serta tren baru dalam dunia pembayaran digital tentunya harus disikapi secara bijak oleh masyarakat. Terapkan baiknya, perbaiki buruknya.

--

--